BOOKING TIKET PESAWAT

Musik

Musik. Info sangat penting tentang Musik. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai Musik

Musik. Kalimantan Timur. Lampung Utara. Berbeda dengan jazz, dangdut yang pernah mendominasi industri hiburan mulai akhir 1990-an hingga 2006, justru lesu darah. Setelah lagu ”Kucing Garong” tahun 2007, tidak ada lagi lagu dangdut baru yang meledak di pasaran industri musik. Bintang baru dangdut yang mampu mengguncang panggung pun tidak muncul. Kondisi ini kontras dengan periode 2003-2006 ketika penyanyi dangdut baru tidak hanya bermunculan, tetapi juga membawa warna tersendiri. Inul Daratista muncul dengan goyang ngebor, Anisa Bahar dengan goyang patah-patah, Dewi Perssik dengan goyang gergaji. Lesunya industri dangdut berimbas pada posisi musik ini di televisi dan radio. Sejak 2008, tinggal TPI dan TVRI yang menyiarkan acara dangdut. Sejumlah stasiun radio dangdut di Jakarta bahkan berpaling ke musik pop seperti yang dilakukan Radio Muara (sekarang M Radio). Para musisi dangdut bukannya tidak berbenah. Frans Setyo, pemilik orkes dangdut Ken Arok yang menguasai pentas dangdut di Jawa Tengah, melakukan berbagai terobosan agar dangdut tetap memikat, terutama bagi anak muda. ”Kami menyanyikan lagu-lagu pop yang dipelesetkan ke dangdut karena anak muda sekarang tidak mengerti lagu dangdut klasik.” Dia juga melengkapi panggung dangdutnya dengan teknologi tiga dimensi. Dengan cara itu, Ken Arok tetap eksis di tengah industri dangdut yang sedang lesu. Ridho Irama beserta Sonet 2 Band mendaur ulang lagu-lagu yang dinyanyikan ayahnya, Rhoma Irama, dengan rasa pop. Hasilnya, lagu ”Menunggu” dalam bentuk RBT terjual lebih dari dua juta dalam tujuh bulan terakhir. Dalam bentuk kaset dan CD, album Ridho terjual masing-masing 200.000-an kopi dan 40.000-an kopi. CEO Falcon Music HB Naveen yang memproduksi album Ridho mengatakan, selera anak muda yang merupakan pasar musik terbesar saat ini sedang berubah. Mereka memilih musik yang kemasannya lebih modern. ”Jadi, kalau dangdut bisa memodernkan citranya, dia akan tetap diterima,” ujar Naveen. Selera urban Mengapa jazz dan dangdut memperlihatkan arah perkembangan berbeda? Guru besar filsafat dari Universitas Parahyangan, Bandung, Bambang Sugiharto, menduga hal itu terkait dengan perubahan gaya hidup masyarakat kita yang kian mengurban termasuk di desa-desa. Karakter jazz yang fleksibel, bebas, memberi ruang artikulasi personal, lanjut Bambang, sangat sesuai dengan karakter masyarakat urban.


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger